Desa Ngrombo dan Desa Mancasan di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, memang memiliki julukan yang khas sebagai “kampung gitar” karena mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pengrajin gitar. Tradisi pembuatan gitar di desa-desa ini sudah ada sejak tahun tujuh puluhan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Keahlian ini tidak hanya dipertahankan tetapi juga terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman.
Sumardi, seorang pengrajin gitar berusia 57 tahun dari Desa Ngrombo, menjelaskan bahwa awalnya pemasaran gitar dilakukan dengan cara tradisional, seperti dari rumah ke rumah dan sistem titip jual. Namun, seiring waktu, gitar dari Ngrombo dan Mancasan semakin dikenal luas dan permintaannya meningkat. Kini, pemasaran gitar tidak hanya dilakukan melalui toko fisik tetapi juga melalui platform online.
Kemajuan teknologi informasi (IT) sangat mempengaruhi cara pemasaran gitar. Banyak pengrajin dan penjual gitar yang memanfaatkan platform marketplace dan media sosial untuk mempromosikan produk mereka. Yosep, seorang admin dari salah satu toko gitar online di Mancasan, menjelaskan bahwa promosi dilakukan melalui video cinematic yang diunggah di internet, memungkinkan mereka untuk menjangkau pelanggan di seluruh Indonesia.
Dengan adanya platform online, proses pemesanan menjadi lebih mudah dan dapat diakses oleh siapapun di seluruh Indonesia. Toko-toko gitar di Desa Ngrombo dan Mancasan menawarkan harga yang bervariasi, mulai dari Rp100 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung pada jenis kayu dan tingkat kesulitan produksinya.
Selain itu, pengunjung yang datang langsung ke toko dapat menyaksikan proses pembuatan gitar secara langsung. Produk gitar dari kedua desa ini tidak hanya terkenal di tingkat lokal, tetapi juga dikenal di tingkat nasional dan internasional. Bagi INNers yang tertarik dengan gitar berkualitas buatan tangan, kunjungan ke Desa Ngrombo dan Mancasan bisa menjadi pengalaman yang menarik dan bermanfaat.