Ratu Belanda Wilhelmina disebut pernah jatuh hati dengan Sultan Syarif Kasim II, penguasa dari Kerajaan Siak di Riau. Namun sayang, cinta sang Ratu tak bisa diwujudkan karena alasan beda agama.
benih cinta itu muncul kala sang Ratu berkunjung ke Istana Siak Sri Indrapura saat Sultan menjabat. Pada saat itulah Ratu Wilhelmina jatuh cinta pada Sultan Syarif Kasim II. Ratu mengundang Sultan secara pribadi untuk menghadiri penobatan dirinya.
Bahkan Sultan mendapatan perlakuan istimewa jika dibandingkan tamu-tamu yang lain.
Setelah itu, Ratu kembali mengundang Sultan secara pribadi pada perayaan pesta ulang tahunnya. Di momen itu, Sultan juga mendapat sambutan yang sangat meriah dan hangat.
Tak hanya itu, Ratu juga sempat meminta Sultan membuat patung dirinya untuk disimpan di Belanda. Kemudian Ratu mengirim patung dirinya untuk disimpan di Istana Siak Sri Indrapura sebagai kenang-kenangan. Patung Ratu Wihelmina ini pun masih tersimpan dengan baik di dalam Istana Siak, begitu pula dengan patung Sultan Syarif Kasim II yang saat ini tersimpan di negeri Belanda.
Keduanya juga disebut-sebut gemar bertukar kado.
Jika dilihat dari potret-potret yang terpampang di berbagai ruangan Istana Siak Sri Indrapura, memang tidak dapat dipungkiri bahwa paras fisik Sultan Syarif Kasim II di masa mudanya sangat ganteng, gagah, dan berwibawa. Dengan ciri fisik perpaduan antara keturunan bangsawan Melayu dan Arab, Sultan Syarif Kasim II memang bisa dengan mudah membuat wanita di zaman itu jatuh hati padanya. Namun sayang, kisah cinta ini tidak dapat terwujud dan justru berakhir dengan bertepuk sebelah tangan. Sultan Syarif Kasim II terpaksa menolak cinta dari Ratu Wilhelmina karena mereka punya perbedaan.
Sebagai informasi, Ratu yang lahir 31 Agustus 1880 dan meninggal 28 November 1962 pada umur 82 tahun ini disebut sebagai Putri Orange-Nassau. Dia adalah Ratu Belanda sejak 1890-1948. Ia juga Ibu Suri (dengan sebutan Putri) sejak 1948 – 1962. Wihelmina memimpin Belanda selama lebih dari 50 tahun. Kekuasannya menjadi saksi seperti Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Krisis Ekonomi pada 1933. Termasuk kejatuhan Belanda sebagai penguasa kolonial di Hindia Belanda. Sementara itu, Sultan Syarif Kasim II naik tahta pada 13 Maret 1915 di usia 21 tahun untuk menggantikan sang ayah yang wafat pada 1908. Dia diketahui memiliki darah Arab yang mengalir ditubuhnya.
Sultan Syarif Kasim II memang dikenal sangat dekat dengan rakyat dan taat beribadah. Sultan terakhir Kesultanan Siak ini pun sangat dicintai rakyatnya. Pemerintah pun akhirnya menobatkan Gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Syarif Kasim II di tahun 1998. Nama Sultan Syarif Kasim II pun dipakai sebagai nama Bandar Udara di Kota Pekanbaru, Riau.