
Ketegangan kembali meningkat di kawasan Timur Tengah setelah militer Israel melancarkan serangan udara ke Lebanon Selatan pada Jumat (27/6). Serangan tersebut diklaim menyasar markas militer milik kelompok Hizbullah, yang dituduh melanjutkan aktivitas militer secara ilegal di wilayah yang telah disepakati sebagai zona bebas konflik.

12 Serangan Udara di Pegunungan Nabatieh
Menurut laporan dari Reuters, terdapat sekitar 12 serangan udara yang diluncurkan oleh jet tempur Israel. Serangan tersebut menghantam jalur pegunungan di dekat Kota Nabatieh, wilayah strategis di Lebanon Selatan yang sebelumnya menjadi lokasi pertempuran besar selama perang tahun 2024.

Militer Israel menyatakan bahwa target mereka adalah markas yang digunakan Hizbullah untuk mengelola sistem pertahanan dan operasi tembakan. Situs yang diserang disebut sebenarnya telah hancur dalam konflik sebelumnya, namun kini diduga kembali digunakan oleh Hizbullah, yang dinilai sebagai pelanggaran terhadap gencatan senjata November 2024.
Kecaman dari Presiden Lebanon
Presiden Lebanon, Joseph Aoun, langsung mengecam keras serangan tersebut. Ia menuding Israel secara konsisten melanggar kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.

“Israel terus-menerus melanggar kesepakatan dan mengguncang stabilitas kawasan,” ujar Aoun dalam pernyataan yang dirilis dari Beirut. Ia juga menyampaikan keprihatinan terhadap potensi eskalasi konflik dan dampaknya terhadap warga sipil.
si Kesepakatan Gencatan Senjata
Gencatan senjata yang disepakati pada November 2024 menyertakan beberapa poin utama, di antaranya:
- Lebanon Selatan harus bebas dari senjata dan kelompok bersenjata non-negara, termasuk Hizbullah.
- Pasukan Israel diwajibkan mundur dari wilayah Lebanon setelah pasukan resmi Lebanon dikerahkan di sana.
- Dilarang adanya tembakan lintas perbatasan antara Israel dan Lebanon.
Namun dalam kenyataannya, pasukan Israel tetap menempati sedikitnya lima pos militer di wilayah Lebanon, dan angkatan udara Israel secara rutin melancarkan serangan terhadap anggota atau afiliasi Hizbullah, memicu kekhawatiran akan berlanjutnya kekerasan di perbatasan.
Situasi Masih Berkembang
Hingga kini, belum ada respons resmi dari Hizbullah terkait serangan tersebut. Namun, sejumlah pengamat militer memperkirakan respon balasan dapat terjadi kapan saja, mengingat dinamika konflik yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

Komunitas internasional, termasuk PBB dan negara-negara besar, diharapkan segera mengambil langkah-langkah diplomatik untuk meredam eskalasi dan menjaga stabilitas kawasan Timur Tengah.