Didi Riyadi, yang dikenal sebagai mantan anggota band Element dan kini terjun ke dunia politik serta properti, baru-baru ini menarik perhatian publik dengan komentar kontroversialnya tentang Ibu Kota Negara (IKN). Dalam sebuah podcast yang tayang di kanal YouTube Kasisolusi, Didi menyatakan bahwa IKN, yang sedang dalam tahap pembangunan, tidak memiliki investor.
Komentar Didi Riyadi bahwa “IKN tidak ada investornya” dan “Gak ada” menimbulkan reaksi di kalangan netizen dan para pengamat. Ia bahkan menambahkan bahwa meskipun banyak pengusaha dan tokoh ternama yang mengunjungi lokasi IKN, mereka hanya melakukan kunjungan tanpa terlibat dalam investasi nyata. Didi menilai kehadiran mereka hanya sebatas kunjungan dan pembuatan konten, tanpa komitmen investasi yang signifikan.
Komentar ini muncul di tengah-tengah proyek ambisius pemindahan ibu kota Indonesia ke IKN di Kalimantan Timur, yang diharapkan akan membawa banyak manfaat ekonomi dan perkembangan infrastruktur. Didi Riyadi tampaknya ingin menyoroti ketidakpastian atau tantangan yang dihadapi proyek tersebut, terutama dalam hal mendapatkan dukungan investasi yang substansial.
Tanggapan Didi yang menyinggung “9 naga”—sebutan untuk pengusaha ternama dalam konteks Indonesia—dan artis-artis yang hanya datang untuk membuat konten, menunjukkan keprihatinannya mengenai seberapa serius komitmen investasi di IKN. Ia mengklaim bahwa kunjungan ini tidak menjamin adanya investasi yang mendukung pembangunan ibu kota baru tersebut.
Pernyataan Didi Riyadi ini menambah kompleksitas diskusi mengenai IKN, yang juga melibatkan berbagai isu terkait perencanaan, pendanaan, dan dukungan politik. Dalam konteks ini, penting untuk melihat bagaimana komentar semacam ini dapat memengaruhi persepsi publik dan para pemangku kepentingan mengenai proyek IKN.