Kisruh antara Fanny Soegi, mantan vokalis Soegi Bornean, dan manajemen band asal Semarang itu telah mencuat ke publik dengan berbagai tuduhan yang cukup serius. Fanny mengungkapkan kekecewaannya terhadap manajemen, terutama terkait distribusi royalti lagu “Asmalibrasi.” Menurut Fanny, pencipta lagu tersebut harus meminjam uang untuk kebutuhan keluarganya meskipun royalti yang dihasilkan cukup besar, yaitu lebih dari setengah miliar rupiah. Ia merasa bahwa pihak yang seharusnya tidak berhak justru mendapat bagian royalti yang besar, sementara transparansi dianggap tidak ada.
Selain masalah royalti, Fanny juga mengungkapkan pengalaman emosionalnya ketika dipaksa tampil di tengah masa berkabung setelah ibunya meninggal. Ia merasa sangat terluka secara emosional, bahkan mendapat kata-kata yang menyakitkan.
Selain itu, konflik semakin rumit ketika Fanny memutuskan untuk hengkang dari Soegi Bornean dan menghadapi ancaman terkait Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Ia diharuskan membayar jika ingin memakai nama “Soegi,” yang sebenarnya adalah nama belakangnya sendiri.
Menanggapi tuduhan ini, manajemen Soegi Bornean memberikan klarifikasi bahwa distribusi royalti telah dilakukan dengan transparan sesuai kesepakatan. Mereka berharap untuk menyelesaikan permasalahan ini melalui dialog dengan Fanny dan meminta maaf atas keributan yang terjadi.
Namun, Fanny terlihat skeptis terhadap klarifikasi tersebut. Respon singkatnya di kolom komentar Instagram Soegi Bornean, “Kalian percaya?” menunjukkan bahwa ia masih merasa ada ketidakadilan dalam penanganan masalah ini. Kasus ini menjadi perhatian publik karena menyangkut hak-hak seniman, manajemen industri musik, dan transparansi dalam pembagian royalti.